Chapter 4: IP, Switch, dan Pasrahku

Semester kedua kuliah juga memperkenalkan aku pada dunia jaringan komputer. Dari awal, aku merasa dunia itu begitu membingungkan, IP address, subnetting, routing, switching, protokol, dan banyak istilah teknis lainnya terasa seperti bahasa asing. Jujur, saat itu aku sempat merasa hampir putus asa. Setiap materi baru seolah menambah kebingungan, bukan pemahaman.

Meski begitu, aku tetap berusaha keras untuk mengerti. Aku membaca modul, menonton tutorial, mencoba simulasi jaringan di Cisco Packet Tracer, dan bertanya pada teman yang lebih paham. Tapi tetap saja, konsep-konsep itu sulit masuk ke otakku. Kadang aku berpikir, “Apakah aku benar-benar cocok dengan dunia jaringan?”

Di tengah semua kebingungan itu, aku juga mengikuti sertifikasi routing dan switching yang menjadi bagian dari praktikum. Materi dan soal-soal yang diajarkan membuat kepalaku hampir meledak. Tetapi aku tahu ini pengalaman penting untuk skill dan karierku. Aku belajar sedikit demi sedikit, walau prosesnya lambat dan penuh frustrasi.

Ketika tiba saat UAS praktikum, aku sudah pasrah. Tidak ada strategi ajaib yang bisa membuatku mengingat semua detail teori jaringan. Yang bisa kulakukan hanyalah mengandalkan tekad, latihan yang sempat aku lakukan, dan tentunya doa. Dengan campuran usaha dan sedikit keberuntungan, aku berhasil menyelesaikan praktikum itu. Meski jujur, lega dan syukurnya lebih besar daripada percaya diri.

Pengalaman ini mengajarkanku satu hal penting. Terkadang, kita harus menerima bahwa tidak semua materi langsung masuk ke kepala, dan itu tidak apa-apa. Yang penting adalah usaha, kesabaran, dan keberanian untuk tetap mencoba meskipun merasa clueless. Buku ini mengingatkanku bahwa dalam perjalanan belajar, pasrah yang dibarengi tekad dan doa kadang justru membawa hasil yang terbaik.