
Semester ketiga juga menjadi awal perkenalanku dengan dunia Artificial Intelligence (AI). Dari awal, aku memang sudah merasa tertarik dengan konsep mesin yang bisa “belajar” dan meniru cara manusia berpikir. Namun, saat pertama kali benar-benar mempelajari teori dan praktik AI, aku menyadari bahwa ketertarikan saja tidak cukup, ilmu ini jauh lebih kompleks daripada yang kubayangkan.
Awalnya aku belajar dari materi dasar: logika, algoritma, hingga pemahaman tentang machine learning. Setiap konsep baru seperti neural network, supervised dan unsupervised learning, serta regresi dan klasifikasi terasa menantang. Aku sering kewalahan, membaca ulang modul, menonton tutorial, dan mencoba berbagai contoh sederhana untuk mulai memahami alurnya.
Proyek pertama yang aku coba adalah membangun model sederhana untuk prediksi data. Prosesnya penuh trial and error, data tidak rapi, model tidak konvergen, dan error terus muncul. Tapi setiap kegagalan memberi insight baru: bagaimana preprocessing data itu penting, bagaimana memilih algoritma yang tepat, dan bagaimana mengevaluasi hasil model.
Selain itu, aku belajar kesabaran dan konsistensi. AI bukanlah ilmu yang bisa dipelajari instan; butuh eksperimen berkali-kali, mencoba parameter berbeda, dan terus mengulang proses untuk menemukan solusi yang optimal. Pengalaman ini juga memperkuat rasa ingin tahuku, semakin banyak mencoba, semakin jelas arah minatku di bidang ini.
Buku ini menjadi pengingat bahwa ketertarikan awal adalah pemicu, tapi yang membuatku berkembang adalah usaha, eksperimen, dan ketekunan. Dari langkah pertama ini, aku mulai membangun fondasi untuk perjalanan lebih dalam di dunia AI, sambil terus belajar dan mengeksplorasi potensi teknologi yang begitu menakjubkan.
